Makam Belanda Peneleh Surabaya
Makam Peneleh, merupakan sebuah komplek pemakaman yang dibangun tahun
1814 dan menempati areal seluas 4,5 hektare. Meskipun kondisinya saat
ini sangat kumuh dan memprihatinkan, namun masih menyisakan sisa-sisa
eksotisme masa lalu. Banyak hal yang bisa digali di dalamnya. Detail
ornamen berlanggam gothic dan doric, patung-patung berkarakter Romawi
(meskipun sebagian besar sudah tidak dalam kondisi utuh) hanyalah
sebagian kecil dari keindahan masa lalu yang masih bisa ditelusuri.
Kisah hidup mereka yang meninggal bisa ditemukan di prasasti batu marmer
ataupun besi cor
Makam salah seorang presiden perusahaan VOC yang memiliki papan dari
pinus India merupakan salah satu di antaranya. Beberapa jejak sejarah
penting yang masih bisa ditelusuri antara lain, kuburan Gubernur
Jenderal Pieter Merkus, satu-satunya pejabat tertinggi di Hindia Belanda
yang dimakamkan di Peneleh. Gubernur Jenderal ini meninggalkan
teka-teki di akhir hidupnya. Dia merupakan satu-satunya pejabat
tertinggi negeri ini (saat itu) yang meninggal pada saat menjabat.
Pilihannya untuk pindah ke Surabaya pada saat sakit masih menjadi
tanda tanya. Pejabat ke 47 ini lahir di Naarden, 18 Maret 1787 dan
meninggal pada 2 Agustus 1844 pada umur 57 tahun. Prasasti di atas makam
Merkus yang berusia hampir 170 tahun masih jelas terbaca. Prasasti
tersebut berbahasa Belanda yang jika diartikan berbunyi : Paduka
yang mulia Pieter Merkus, komandan pasukan tempur Hindia, veteran perang
Prancis, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, memimpin tanah dan laut
harapan Tuhan dan lain-lain. Beliau wafat di Simpang Huis (Istana
Simpang atau Grahadi) 2 Agustus 1844. Menurut salah satu ahli waris
pemuka Belanda yang dimakamkan di Peneleh itu, Rob van de Ven Renardel,
keputusan Merkus di akhir hayatnya menimbulkan teka-teki di Sejarah
Belanda.
Merkus, kata Rob, yang saat itu tinggal di Batavia memutuskan tinggal
di Istana Bogor ketika sakit. Perjalanan di Batavia-Surabaya yang
melelahkan hampir sepekan itu justru membuat sakitnya bertambah parah.
Ada dugaan Merkus ingin beristirahat sehingga memilih kota panas. Namun
ada pandangan lain yang menyakini bahwa Merkus disingkirkan dari
kekuasaan dan diasingkan oleh Belanda karena dianggap tidak loyal.
Selain Merkus masih banyak tokoh-tokoh penting lain yang dimakamkan di
sini seperti Pendeta pioner Ordo Yesuit di Surabaya, Martinus van den
Elsen, yang berada di seberang pintu masuk. Makam puluhan biarawati
Jalan Ursulin (Jl Darmo). Komandan perang Indochina, Neubronner van der
Tuuk. Bahkan ada pula kuburan Rambaldo, orang pertama yang menjadi
penerbang di Hindia. Makam arsitek Jembatan Porong, Ibrahim Simon Heels
Berg hingga makam Wakil Kepala Mahkamah Agung, PJN de Perez. Namun
kondisi komplek pemakaman yang tidak terawat menimbulkan keprihatinan
tersendiri. Sisa-sisa makam dan prasasti yang berserakan, lingkungan
kumuh merupakan sedikit gambaran kondisi makam saat ini. Memang,
kompleks ini merupakan makam orang-orang Belanda, namun apa yang ada di
dalamnya merupakan sebuah bukti yang bisa menjadi benang merah sejarah
keberadaan Kota Surabaya. Sebuah pekerjaan rumah bersama yang harus
segera dicari solusinya oleh semua komponen masyarakat Surabaya. Tetapi kini, Makam Peneleh biasanya juga sering digunakan oleh warga Surabaya untuk huning foto karena tempatnya menyajikan pemandangan yang klasik dan indah. Semoga bermanfaat.
sumber: https://rasanrasan.wordpress.com/2009/06/28/menyusuri-jejak-masa-lalu-makam-tua-peneleh/
Kamis, 02 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar